Dulu, saat adzan magrib berkumandang di hari terakhir Ramadhan, saya selalu menyambutnya dengan gembira. Hati penuh suka cita karena menyambut lebaran.Setelah mengantarkan zakat fitrah, saya dan teman2 ke pusat kota. Berdiri di pinggir jalan melihat arak2an malam lebaran. Ada yang bergaya ala timur tengah, ada mobil indah yang dihiasi sedemikian rupa menyerupai masjid, kapal dan lain-lain. Sambil bertakbir, mereka berkeliling kota. Sungguh senang rasanya.
Kini, perasaan itu tetaplah sama, namun bercampur kesedihan. Kadang tak terasa air mata menetes di pipi. Di malam takbiran, saya sering mengajak anak-anak berkeliling kota, tapi fokusnya bukan pada konvoi mobil hias lebaran. Tapi Saya menunjukkan ke anak-anak, di malam menyambut Idul Fitri, banyak keluarga yang berjejer di pinggir jalan dengan sorot mata yang membuat hati Saya tersayat.
Saya tidak kuat melihat ada anak kecil bahkan balita di dalam gerobak. Saya tidak tahan melihat ibu paruh baya duduk di trotoar dengan mata nanar memandang orang-orang yang berlalu lalang. Hati saya perih melihat seorang kakek berpakaian lusuh dengan tongkatnya tanpa bersuara duduk di pinggir jalan melihat orang-orang main petasan di malam hari raya penuh kegembiraan. Hati saya sakit melihat anak kecil digendong/di gandeng Ibunya mengejar seorang dermawan yang berbagi sesuatu di malam lebaran. Rupanya Ibu itu takut tidak kebagian. Hati saya tidak terima melihat sebuah keluarga dengan bayi kecil dalam gerobak menunggu pembagian zakat fitrah/sadaqah dari orang-orang yang lewat.
Saya hanya bisa bersedih dan bersedih. Tak banyak yang bisa saya lakukan kecuali berbuat semampunya seraya berdoa agar kita semua diberikan kesabaran dan kecukupan. Semoga anak-anak kita tumbuh dengan hati penuh empati dan berjiwa dermawan, agar dapat menolong saudara-saudara kita yang belum berkecukupan.
Selamat idul Fitri 1444. Mohon maaf lahir batin, Semoga Allah Swt menerima amal-amal kita, aamiin ya Rabbalalamin.
Posting Komentar
Posting Komentar